Selasa, 27 November 2012

Matinya Sebuah Media


“Pembohong dusta!” bentak seorang politikus ternama bangsa ini. Kita pun sering menemukan “kebohongan” di atas lembar kertas media. Kadangkala bahkan sering media dijadikan alat efektif menyebarluaskan “virus” kebohongan. Media apapun itu tak lepas dari penyakit ini.
Media elektronik, media cetak dan media komunikasi lainnya patutlah kita kritisi. Televisi misalnya. Betapa banyak “virus” kebohongan memasuki media ini. Kita sudah sering menyaksikan tayangan sinetron yang membohongi pemirsa.
Ambil contoh, sinetron yang ditayangkan oleh salah satu stasiun TV negeri ini. Sinetron itu menceritakan seorang cewek yang menyamar menjadi lelaki. Pemeran utama, sang cewek itu, hidup sekamar kos dengan cowok. Anehnya, cowok itu tidak mampu mengidentifikasi penyamaran sang cewek.
Secara nalar, hal itu tak mungkin terjadi. Seorang lelaki dan perempuan perbedaannya jelas. Tidak ada “gray area” di situ. Keduanya memiliki perbedaan yang terang benderang.
Saya pikir, semua media, media apapun itu, nalar, kejujuran adalah hal utama. Tidak perlu membohongi diri sendiri atau membohongi publik. Tidak perlu!
Kalau saja media bangsa ini bersikukuh menyebarluaskan “virus” kebohongan, tidak menutup kemungkinan media bangsa ini segera wafat, berguguran, dan hilang tanpa bekas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar