MASYARAKAT PERKOTAAN DAN MASYARAKAT PEDESAAN
Pengertian Masryarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan merupakan sekumpulan masyarakat yang tinggal atau bermukim di pedesaan. Umumnya masyarakat di pedesaan masih hidup jauh dari hingar binger dan ke glamouran atau gaya hidup masyarakat perkotaan. Mata pencaharian masyarakat pedesaan umumnya adalah berasal dari perkebunan atau pertanian. Hubungan antar masyarakat di pedesaan bisa dikatakan masih erat. Dengan kebiasaan ibu-ibu yang ngobrol di suatu rumah penduduk, bapak – bapak yang sering melakukan kerja bakti bersama dan anak- anak yang bermain mainan tradisional yang dimainkan secara berkelompok sehabis pulang sekolah. Berebeda dengan masyarakat perkotaan, masyarakat ini hidup di hiruk pikuk kesibukan kota. Dengan gaya hidup yang lebih tinggi dari pada masyarakat pedesaan, mata pencaharian masyarakat perkotaan lebih dari perkantoran dan industri. Hubungan antar masyarakat perkotaan bisa dibilang lebih renggang dari pada masyarakat pedesaan ini dikarenaan kesibukan masyarakat perkotaan yang menjadikan antar individu di perkotaan jarang saling berintraksi. Biasanya mereka berinteraksi hanya pada hari libur atau weekend.
Di Indonesia sendiri pemerintah kurang memperhatikan masyarakat pedesaan. Itu bisa dilihat dari kurangnya pembangunan di pedesaan. Dan pembangunan hanya terpusat di kota- kota besar. Hal seperti ini tentunya akan mengakibatkan kesenjangan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Inilah yang menyebabkan masyarakat desa cenderung terbelakang dan ketinggalan jauh dengan masyarakat perkotaan.
Sebenarnya apabila pemerintah menjalankan program pemerataan pembangunan dengan baik maka masyarakat pedesaan tidak akan terbelakang dan dapat bersaing dengan masyarakat perkotaan. Kita ambil contoh, apabila petani-petani di desa difasilitasi dan dimodali oleh pemerintah maka petani dan produk pertanian kita tidak akan diberondong habis oleh produk pertanian asing yang sebenarnya tidak lebih baik dari produk pertanian local. Pemerataan pembangunan juga bisa menekan angka urbanisasi masyarakat desa yang berbondong-bondong ke kota. Namun karena tanpa pengetahuan mereka hanya terkatung-katung tidak jelas di kota. Inilah salah satu penyebab kejahatan di kota.
Di Indonesia sendiri pemerintah kurang memperhatikan masyarakat pedesaan. Itu bisa dilihat dari kurangnya pembangunan di pedesaan. Dan pembangunan hanya terpusat di kota- kota besar. Hal seperti ini tentunya akan mengakibatkan kesenjangan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Inilah yang menyebabkan masyarakat desa cenderung terbelakang dan ketinggalan jauh dengan masyarakat perkotaan.
Sebenarnya apabila pemerintah menjalankan program pemerataan pembangunan dengan baik maka masyarakat pedesaan tidak akan terbelakang dan dapat bersaing dengan masyarakat perkotaan. Kita ambil contoh, apabila petani-petani di desa difasilitasi dan dimodali oleh pemerintah maka petani dan produk pertanian kita tidak akan diberondong habis oleh produk pertanian asing yang sebenarnya tidak lebih baik dari produk pertanian local. Pemerataan pembangunan juga bisa menekan angka urbanisasi masyarakat desa yang berbondong-bondong ke kota. Namun karena tanpa pengetahuan mereka hanya terkatung-katung tidak jelas di kota. Inilah salah satu penyebab kejahatan di kota.
Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Pengertian masyarakat kkotalebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu:
1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang terpenting disini adalah manusia perorangan atau individu.
3. Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa.
5. Interaksi yang terjadi lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor pribadi.
6. Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu.
7. Perubahan-perubahan social tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
Tipe Masyarakat
Dipandang dari cara terbentuknya, masyarakat dapat dibagi dalam:
1. Masyarakat paksaan, misalnya: Negara, masyarakat tawanan, dan lain-lain.
2. Masyarakat merdeka, yang terbagi dalam:
· Masyarakat nature, yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya, seperti gerombolan, suku, yang bertalian dengan hubungan darah atau keturunan.
· Masyarakat kultur, yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan, misalnya koperasi, kongsi perekonomian, gereja dan sebagainya.
Perbedaan dan ciri-ciri antara desa dan kota
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community), masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto (1994), perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual. Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya system yang mandiri, dengan fungsi-sungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula. Perbedaan ciri antara kedua system tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai berikut:
Masyarakat Pedesaan:
1. Perilaku homogeny
2. Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
3. Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status
4. Isolasi sosial, sehingga static
5. Kesatuan dan keutuhan kultural
6. Banyak ritual dan nilai-nilai sacral
7. Kolektivisme
Masyarakat Perkotaan:
1. Perilaku heterogen
2. Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalian diri dan kelembagaan
3. Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
4. Mobilitassosial sehingga dinamik
5. Ebauran dan diversifikasi kultural
6. Birokrasi fungsional dan nilai-nilai secular
7. Individualisme
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar system kekeluargaan (Soekanto, 1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama, hubungan kekerabatan. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang pembuat gula. Akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja. Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoemo ( 1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
Hubungan Desa-kota, Hubungan Pedesaan-Perkotaan
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali atau sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan seperti beras, sayur-mayur, daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis pekerjaan tertentu di kota. Misalnya saja buruh bangunan dalam proyek-proyek pembangunan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
“Interface” dapat diartikan adanya kawasan perkotaan yang tumpah-tindih dengan kawasan pedesaan. Nampaknya persoalan tersebut sederhana, bukanlah telah ada alat transportasi, pelayanan kejahatan, fasilitas pendidikan, pasar dan rumah makan dan lain sebagainya, yang mempertemukan kebutuhan serta sifat pedesaan dan perkotaan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang, karena itu dalam hubungan desa-kota, semakin besar suatu kota makin berpengaruh dan semakin menentukan kehidupan perdesaan.
Secara teoriristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa cara, seperti: (i) Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam; (ii) Invasi kota, pembangunan kota baru, seperti misalnya Batam dan banyak kota baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan lenyap atau dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan; (iii) Penetrasikota ke desa, masuknya prosuk, perilaku dan nilai kekotaan kedesa. Proses ini yang sesungguhnya banyak terjadi; (iv) Ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke kota. Dari keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak dan orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Salah satu bentuk hubungan antara kota dan desa adalah:
a. Urbanisasi dan Urbanisme
Dengan adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota yang hilang ketergantungan dan saling membutuhkan tersebut maka timbulah masalah baru yakni: Urbanisasi yaitu suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa Urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. (Soekanto, 1969:123).
b. Sebab-sebab Urbanisasi
Aspek Positif dan Negatif
a. Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan lahan pertanian
b. Terdesaknya kerajinan rumah di desa oleh produk industry modern
c. Penduduk desa, terutama kaum muda merasa tertekan oleh adat istiadat yang ketat sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang monoton
d. Di desa tidak banyak kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan
e. Kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan hama, kemarau panjang, dsb. Sehingga memaksa penduduk desa untuk mencari penghidupan lain di kota.
SUMBER :
-http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalam-kehidupan- sosial-antar-manusia
-http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/06/pengertian-masyarakat-perkotaan.html
-http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/perbedaan-antara-desa-dan-kota.html
-http://www.scribd.com/doc/42585724/MASYARAKAT-PEDESAAN-DAN-MASYARAKAT-PERKOTAAN
-http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/hubungan-desa-kota-hubungan-pedesaan.html
-http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/08/ciri-ciri-masyarakat-desa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar